Tuesday, April 7, 2009
ORANG yang memiliki kesabaran, tidak mudah putus asa. Kenapa? Karena ada sesuatu yang kuat di dalam dirinya. Sekalipun didera masalah bertubi-tubi, dia tidak mudah putus asa. Sementara orang yang tidak memiliki kesabaran, jika dibelit persoalan, mungkin langsung ke-cewa dan menyerah pasrah. Orang seperti ini dengan sendirinya tidak bisa menikmati cinta kasih dan pertolongan Tuhan di dalam kehidupannya karena tidak merasakan munculnya kesabaran seba-gai suatu sudut pertahanan yang bisa menguatkan dirinya.
Orang yang memiliki kesabaran, tidak akan marah tanpa arah. Dalam Alkitab ada tertulis: jangan-lah amarahmu bertahan sampai matahari tenggelam. Maksudnya, sebelum matahari tenggelam, perasaan amarah itu sudah harus hilang. Ungkapan di atas mengan-jurkan agar sifat amarah itu jangan berlarut-larut. Sebab jika kemarah-an dibiarkan berlarut-larut, akan timbul kebencian. Rasa benci yang dipelihara akan berubah menjadi dendam. Rasa dendam berpotensi mengarahkan kita melakukan suatu tindakan dosa yang dampak-nya bisa sangat mengerikan.
Meski demikian, bukan berarti pula kita tidak boleh marah, sebab Yesus sendiri pernah marah. Marahlah kalau kebenaran diper-mainkan. Marahlah kalau kebebalan dipertontonkan. Marahlah karena kedegilan dan ketololan dilakukan berulang-ulang. Marah karena hal-hal seperti itu jelas memiliki arah. Tetapi marah tanpa arah adalah marah tanpa sebab dan tujuan yang jelas. Tidak ada masalah, marah. Salah sedikit, marah-marah. Itu contoh-contoh kemarahan yang tidak punya arah. Orang yang suka marah tanpa arah, pada dasarnya sedang mem-pertontonkan bahwa dirinya tidak punya pegangan. Orang seperti ini sangat sensitif, sangat emosional. Orang yang memiliki sifat semacam ini kondisinya juga sangat labil. Kenapa? Karena dia tidak memiliki akar atau pegangan yang kuat, sehingga tidak punya daya tahan. Dan orang-orang semacam inilah yang gampang putus asa. Dari sini dapat pula ditarik se-macam kesimpulan bahwa, kemarahan itu timbul karena faktor ke-putusasaan. Kemarahan itu timbul karena
tidak berakar pada satu kekuatan yang solid sehingga membuatnya sangat labil, yang pada gilirannya membuatnya tidak memiliki kemampuan mengendalikan diri. Oleh karena itu, kita mutlak harus memiliki kesabaran sebagai sesuatu yang telah Tuhan anugerahkan ke-pada kita. Dan itu wajib kita aplikasikan dalam hidup kita sehari-hari.
Yang kedua, orang yang mem-punyai kesabaran, melihat perma-salahan sebagai anak tangga menuju kemajuan. Jika dia terbentur pada suatu masalah, dia tidak lari. Sebab dia justru melihatnya sebagai anak tangga menuju kemajuan. Karena jika ada orang yang sudah biasa dan bisa melewati masalah, dengan sendirinya dia punya pengalaman menangani/mengatasi masalah. Orang yang sudah terbiasa mengatasi masalah, dengan sendirinya daya tahannya makin bertambah. Jadi, masalah merupakan sebuah latihan baginya, sebuah ujian yang sangat penting.
Orang-orang Kristen saat ini, kebanyakan cenderung menjadi cengeng. Ini terjadi pada orang-orang yang punya anggapan bahwa dengan percaya kepada Tuhan, kita tidak bakal dapat masalah lagi. Bagi orang-orang seperti ini, Tuhan adalah tempat membereskan semua persoalan. Tuhan hanya sebagai tempat pelarian atau pelampiasan emosi. Sikap ini jelas kontra-produktif dengan ucapan Yesus, "Mau ikut Aku? Sangkal dirimu, pikul salibmu." Ucapan Yesus itu tentu tidak sejalan dengan kecenderungan kebanyakan orang Kristen masa kini yang lari ke Tuhan hanya jika sedang dilanda persoalan. Sebalik-nya, jika sedang merasa senang, kita tidak punya waktu untuk Tuhan, tetapi sibuk dengan hantu. Maksudnya kita berasyik-masyuk dengan kenikmatan duniawi yang menjerumuskan.
Inilah bentuk kecenderungan yang salah, sehingga keberimanan kita kepada Tuhan, seringkali bukan ditakar atau diukur dari bagaimana kita menyenangkan Tuhan, tetapi bagaimana disenangkan oleh Tuhan. Orang Kristen yang punya sifat semacam ini, yang inginnya hanya disenangkan Tuhan, memiliki mentalitas yang sangat payah, dan sangat tidak layak menyandang predikat sebagai laskar Kristus. Sebab yang namanya laskar, tempatnya di medan tempur, dan permintaannya bukan bagaimana disenangkan oleh Tuhan. Laskar adalah suatu posisi yang sangat terhormat, karena dia diberi kepercayaan untuk berjuang. Jadi, namanya bukan laskar jika meminta baju dengan tanda bintang kehormatan. Laskar bukan orang yang tahunya hanya makan enak dan minum nikmat. Kecenderu-ngan semacam ini tentu membuat orang menjadi malas dan bahkan membahayakan bagi orang lain.
Seorang pengusaha sukses, tentu berjuang sehingga mampu membangun perusahaannya. Se-dangkan orang yang selama ini mendapat banyak fasilitas, keba-nyakan mengalami kegagalan. Banyak contoh membuktikan bahwa generasi pertama yang membangun sebuah perusahaan besar adalah orang-orang gigih, punya semangat juang tinggi, pantang menyerah meskipun didera berbagai kesulitan dan kesusahan yang luar biasa. Namun, tidak jarang anak-anaknya atau cucu-cucunya yang merupakan generasi kedua dan ketiga, yang tidak pernah merasakan masa-masa susah dan sulit, justru mereka inilah yang membuat perusahaan hancur. Tapi perlu diingatkan pula bahwa tidak semua orang mesti dibuat susah dulu, supaya berhasil. Yang jelas kita dituntut untuk bisa menghadapi segala masalah dan bertumbuh di situ.
Konsep ini harus ditanamkan supaya kita melihat bahwa setiap permasalahan itu adalah anak tangga menuju kemajuan. Jangan memotong kompas untuk bisa lari ke jalan yang mungkin lebih mudah, tetapi salah. Misalnya, jika sakit, kita berdoa supaya disembuhkan Tuhan. Namun saat Tuhan 'memperlambat' proses penyembuhan dalam rangka menguji, kita lari ke dukun. Ini jelas suatu contoh mentalitas yang payah.
Orang yang memiliki kesabaran memiliki daya tahan yang tangguh karena ada pengharapan yang kuat. Pengharapan dari mana? Pengharapan akan kasih Kristus. Pengharapan akan kasih yang menggelora dan terus berkem-bang dalam batin, membuat kita sangat kuat luar biasa.
Labels: cerita rohani, GKPA, Kasih, Kesabaran, NGKPA
0 comments:
Post a Comment